Sejarah Bani Umayyah (Sistem Pertahanan dan Militer)

Bani Umayyah dengan Sistem Pertahanan dan Militernya - Penyebaran Islam biasanya dilakukan dengan cara menaklukkan wilayah-wilayah yang masih dianggap belum masuk Islam. Sebab itu, sejak masa pemerintahan Mu’awiyyah bin Abi Sufyan, usaha untuk menaklukkan Konstantinopel, pusat pemerintahan kerajaan Romawi Timur, terus dilakukan. Ia pernah mengirimkan anaknya yang bernama Yazid bin Mu’awiyah untuk mengikuti pertempuran melawan kekuatan tentara Byzantium. Untuk mencapai wilayah yang berada diseberang Laut Tengah itu, Mu’awiyah membangun armada angkatan laut. Bahkan angkatan laut ini sudah dipersiapkan sejak ia masih menjadi gubernur Damaskus, ketika menjadi wakil Khalifah Umar bin Khattab dan Khalifah Usman bin Affan pada masa Khulafaur Rasyidin. Setelah ia menjabat sebagai seorang khalifah, pertama kali yang dilakukannya adalah melakukan konsolidasi kekuatan militer guna melawan kekuatan pasukan pemberontak khawarij dan syi’ah. Usahanya tersebut semakin kuat ketika dia mampu merangkul Zaid bin Abihin untuk bergabung bersamanya dalam membangun peradaban Islam melalui kekuatan khalifah Bani Umayyah.



Kekuatan militer dinasti Bani Umayah semakin hebat ketika Al-Walid bin Abdul Malik berkuasa. Pasukan Islam yang dibawah komando Gubernur Jendral Musa bin Nushair, mampu memasuki wilayah Eropa. Dibawah kepemimpinan 3 serangkai, yang terdiri dari Musa bin Nushair, Tharif bin Malik dan Thariq bin Ziyad, tentara-tentara Islam  dengan yakin menaklukkan wilayah Andalusia di Eropa. Selain itu di wilayah Asia Tengah dan Asia Selatan, pasukan militer Bani Umayah berjaya mengembangkan sayap kekuasaan dinasti Bani Umayah. Pasukan yang berada di bawah komando Gubernur Jenderal Hajjaj bin yusuf al-Saqafi, berhasil menakhlukkan wilayah India di bawah komandan pasukan Muhammad bin Qasim. Sementara wilayah Asia Tengah, kekuatan militer Islam di bawahi oleh komandan pasukan Qutaibah bin Muslim al-Bahili, mampu memasuki wilayah yang disebut Transoxania dan wilayah Asia Tengah lainnya, seperti Azeraijan, Sijistan, Balkh, Bukhara dan lain-lain.
Keberhasilan pasukan militer dinasti Bani Umayah dalam menaklukkan wilayah yang jauh dari pusat pemerintahan dinasti Bani Umayah ini, menunjukkan kehebatan militer Islam. Keberhasilan tersebut tentu saja hasil dari strategi petinggi Bani Umayyah dan petinggi militernya yang melakukan pembaharuan dalam bidang kemiliteran. Mereka banyak belajar dari pengalaman bertempur selama mereka melakukan penyebaran dan perluasan wilayah kekuasaan di luar Jazirah Arabia. Bagaimana mengatur strategi perang dan membangun kekuatan militer yang kuat dan tangguh. Selain itu, para panglima perang juga melakukan pembenahan dan peningkatan mutu alat tempur dengan membuat peralatan tempur sendiri. Karena hal itu, para khalifah Bani Umayah, khususnya Khalifah al-Walid bin Abdul Malik membangun pabrik-pabrik senjata, seperti yang dibangun di wilayah Afrika Utara. Pembangunan kapal perang di Teluk Raudlah di Laut Tengah, memudahkan pergerakan pasukan untuk menaklukkan Negara-negara yang berada dekat di Laut Tengah.
Banyaknya pengalaman bertempur dan juga belajar dari sejarah zaman Khulafaur Rasyidin, menambah wawasan pengetahuan dan ketrampilan para panglima perang dalam usaha memperbaiki sistem pertahanan. Strategi dan kekuatan bersenjata Bani Umayah semula hanya memiliki dua strategi dan formasi kekuatan perang, yaitu kekuatan belakang dan kekuatan depan. Dari formasi itu kemudian dikembangkan menjadi lima barisan. Pasukan barisan inti atau tengah, disebut qalbul-jaisyi, barisan kanan disebut al-maimanah, barisan kiri adalah al-maisarah, barisan depan adalah al-muqaddimah, dan barisan belakang adalah saqahal-jaisyi.
Perkembangan sistem pertahanan ini merupakan keberhasilan pemerintahan dinasti Bani Umayyah dalam mengembangkan formasi pasukan. Sehingga sistem pertahanan militer semakin tangguh. Dengan kekuatan dan strategi ini, pasukan dinasti Bani Umayah mampu menguasai seluruh wilayah yang ada di Jazirah Arabia, Afrika Utara, Asia Tengah dan Asia Selatan hingga Eropa.
Pasukan pengintai atau talailah yang dibentuk pemerintah Bani Umayah ternyata cukup efektif untuk mengintai kekuatan musuh. Salah seorang panglima inteljen yang dikirim untuk memata-matai pasukan dan kekuatan musuh adalah Tharif bin Malik. Ia bekerja sama dengan De Graff Julian berhasil menyelinap ke wilayah  Andalusia untuk mencari berbagai informasi mengenai kekuatan yang dimiliki Raja Roderick yang berkuasa seketika itu. Setelah ia berhasil mengumpulkan berbagai informasi, barulah mengirim pasukan dibawah komando Thariq bin Ziyad, yang kemudian mendarat disebuah selat yang kemudian dikenal dengan sebutan Jabal Thariq atau Gibraltar. Keberhasilan Thariq bin Ziyad mendarat dan menakhukkan Andalusia membuktikan kehebatan militer bani Umayah.
Dengan memahami peristiwa perluasan wilayah Islam setelah masa Khulafaur Rasyidin, dapat dikatakan bahwa sudah terjadi perubahan yang sangat luar biasa dalam sistem pertahanan dan keamanan Negara dengan membentuk pasukan yang kuat serta tangguh. Pasukan inilah yang kemudian menjadi ujung tombak penyebaran kekuatan pasukan Islam Bani Umayyah yang kekuasaannya meliputi kawasan pemerintahan Asia, Afrika, serta Eropa